sedang mencari...
Saturday, April 11, 2015
Saturday, April 11, 2015

Ratu Indaman

Ini adalah hari ke-lima untuk mereka barisan para mahasiswa-mahasiswa calon para medis yang sedang melakukan aktivitas PKL (Praktek Kerja Lapangan) di tempat kerja gue ini. Yup! Setiap harinya, mahasiswa-mahasiswa PKL ini memang rolling secara ganti-gantian gitu untuk memasuki tiap-tiap ruangan yang ada di sini. Pagi ini, giliran cewe berkacamata dengan tinggi sekitar 160cm ini yang memasuki ruangan LAB gue ini.

Siang banget, kak, datengnya?” Itulah sapa perdananya ke gue pagi ini. Iya, emang apes banget nih anak! Belum apa-apa udah kena ledek aja gue sama dia. #kampret. Mana rame banget lagi pasien-pasien lab gue yang berjejer rapih nggak karu-karuan antri di ruang tunggu pasien. Belum lagi ditambah beberapa sampel darah pasien rawat inap yang udah standby di atas meja gue ini. Sampel yang sedari tadi menunggu dengan sabarnya buat gue kerjakan. Aaaagggghhhhtttttt! #doublekampret!

Untuk menyingkat waktu, setelah selesai menaruh tas gue pun langsung buru-buru menyiapkan peralatan kerja gue dan meminta tolong ke dia untuk bantuin gue mengambil beberapa sampel darah pasien yang telah mengantri panjang lebar di luaran itu. Dan itu jugalah sapa balasan gue ke dia untuk pagi ini. Lebih tepatnya; siang ini. Iya, soalnya gue datengnya aja udah siang banget! Ckckck. Sebenernya gue kayak gitu ke dia bukan karena gue blagu. Bukan karena gue lagi sariawan, bukan juga karena gue lagi puasa mutih (dan entah apa juga hubungannya sama puasa mutih?!). Masalahnya: gue itu tipikal orang yang agak sulit untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang baru. Dengan kata lain; sebenarnya gue nggak pernah tertarik untuk mengobrol, ataupun berbincang-bincang panjang lebar sama orang yang belum begitu gue kenal. Gitu.

Semakin siang, semakin ramai saja pasien yang berdatangan. #efeksenin. Gue pun mulai keteteran. Masing-masing nama pasien tersebut langsung gue panggilin masuk satu-persatu menuju ruangan (yang tentunya berdasarkan daftar urut antrian mereka). Selepas dari gue selesai mengambil sampel darah mereka itu, tibalah kini saatnya giliran gue untuk mulai fokus menaburkan-naburkan oli bekas di depan ruangan LAB supaya mereka semua nantinya pada kepeleset melakukan pemeriksaan.

Sambil kembali mengerjakan tumpukan sampel-sampel tadi, perlahan ia pun mendekat ke arah gue. Nggak lama kemudian, ia pun terlihat mulai memperhatikan apa yang sebenarnya sedang gue kerjakan saat ini. “Itu buat meriksa apaan, Kak?” Pertanyaan kepo pertamanya hari ini. Gue pun mencoba untuk menjelaskan apa yang baru saja ditanyakannya barusan itu. Menjelaskan menggunakan bahasa gue. Bahasa yang tidak terlalu berbelit-belit (yang tentunya juga tidak menyimpang dari prinsip teori) untuk setiap jenis dari masing-masing pemeriksaan itu sendiri. Maksudnya; agar sekiranya nih anak mudah memahami (dan menyernanya) dengan baik apa yang gue sampaikan kepadanya. Sekali lagi; “gue emang nggak pernah tertarik sama orang yang belum begitu gue kenal.”

Waktu terus berjalan. Satu-persatu pemeriksaan sampel darah untuk tiap-tiap pasien tadi akhirnya hampir semua terselesaikan. Kini hanya tinggal menunggu beberapa hasil untuk pemerikasaan DL (Darah Lengkap) pasien rawat inap saja yang masih menunggu waktu bacanya. (Iya, soalnya di sini untuk pemeriksaan lab khusus DL-nya masih serba manual gitu. Jadi butuh waktu sekitar satu jam-an gitu untuk menunggu pembacaan hasilnya). Sambil menunggu pembacaan hasil, gue berjalan menuju meja kerja untuk menuliskan beberapa hasil pemerikasaan-pemerikasaan tadi di dalam buku register lab. Cewe ini pun kembali menguntil. Mengikuti ke mana saja gue bergerak. Berhubung gue takut nantinya lab ini di acak-acak sama dia dibilang blagu, gue pun membuka obrolan ke dia dengan berkata: “kalian berapa lama PKL di sini?” Tanya gue ke dia sambil kembali menuliskan hasil pemeriksaan tadi di buku register lab. “Satu bulan, Kak”. Balesnya ngejawab ke gue, tapi matanya fokus ke hape. Pengen... banget rasanya gue jambak rambut nih anak. Berhubung dia-nya pake jilbab, apalah daya, niat buat ngejambak rambut pun urung lah sudah. Ckckck.

Waktu kembali terus berjalan.

Semua sampel untuk tiap-tiap jenis pemeriksaan tadi pun semuanya sudah terselesaikan. Sekarang waktunya sejenak untuk menghirup napas lega! Sambil sedikit bertanya-tanya masalah ilmu Laboratorium ke gue (yang sebenarnya ia baru saja bertanya kepada orang yang salah), kami berdua pun kembali melanjutkan beberapa percakapan yang sempat terpotong tadi. Semakin siang, semakin panjang pula percakapan demi percakapan yang kami bicarakan. Dalam beberapa percakapan-percakapan itu, ada pula terselip curhatan colongan darinya. Ia bercerita-cerita sedikit mengenai kampus. Lebih tepatnya tentang keluhan-keluhannya saat berada di kampus. Mungkin lebih tepatnya lagi: bisa dibilang curhatan terselubungnya mengenai kampus!

Dia bercerita mulai dari rasa jenuhnya dengan rutinitas kampus yang gitu-gitu aja. Seperti: tiada hari tanpa nyatet. Tiada hari tanpa konsul. Sering di-PHP-in dosen, praktek sana-sini, bahkan ia juga bercerita ke gue sempat pernah ingin keluar dari kampus karena merasa nggak kuat dengan semua rutinitas harian yang membosankan itu. Anehnya, dia bisa bertahan sampai sekarang. Sampai masa PKL seperti sekarang. Yang artinya: detik-detik masa mahasiswa tingkat akhir yang hanya tinggal menghitung hari lagi ini akan segera berakhir. Dari semua keluhannya itu, entah kenapa gue malah jadi kebawa suasana (Bukan baper, ya! Tolong. Tolong dipahami!). Gue menanggapi semua cerita-ceritanya itu dengan penuh penghayatan. Serius menyimak. Mendengarkan dengan baik. Bahkan gue sampe memberikan beberapa masukan-masukan (yang sebenernya gue sendiri juga mau muntah waktu bilang kek gitu ke dia) yang bertujuan sebagai penyemangat untuknya.

Tetiba saja gue jadi keinget ketika gue masih berada di posisinya saat ini. Sewaktu masih kuliah dulu. Dan yang juga tentunya: saat masih PKL seperti yang sedang ia jalani saat ini dulu. Waktu itu gue juga pernah merasakan hal yang sama seperti apa yang dicerikannya hari ini ke gue. Gue sempet pernah freak dengan rutinitas di masa-masa perkuliahan dulu. Sempet juga beberapa kali mengeluh sama bokap-nyokap pengen keluar (dan pengen pindah kuliah) karena ngerasa ga kuat bertahan untuk meneruskan kuliah gue di bidang kesehatan. Di sisi lain, gue kembali berfikir. Berkali-kali pula gue mencoba untuk mengurungkan niat gue itu karena nggak ingin mengecewakan kedua orangtua gue. Sempet juga pernah ngeluh sana-sini sama temen-temen gue. Sama temen-temen akrab gue. Bahkan gue juga sempat pernah mengeluhkan hal yang sama dengan kakak ruangan sewaktu gue masih PKL dulu. Sampai pada akhirnya, gue bisa bertahan hingga masa PKL. Masa di mana yang telah menunggu hitungan hari saja untuk bisa mencapai garis finish! (baca: detik-detik masa wisudaan). Persis! Ini semua sama persis kayak apa yang pernah gue rasakan beberapa tahun yang lalu.

Gue jadi keinget sewaktu gue ngeliatin dia yang bawaannya tremor (grogi) pas ngambil darah pasien tadi. Gue ingat betul. Gue juga pernah merasakan hal yang sama. Gue juga pernah merasakan betapa groginya sewaktu awal mula perdana gue mengambil darah pasien sewaktu PKL dulu. Gue juga jadi keinget masa di mana gue merasa seperti terasingkan dari beberapa temen-temen gue sewaktu melakukan praktikum di kampus dulu. Terasingkan karena gue yang dianggap nggak bisa melakukan pengambilan darah. Khususnya sewaktu melakukan praktikum Hematologi (darah) dulu.

Gue juga masih ingat sewaktu gue dulu mengeluhkan kejenuhan gue saat menjalani perkuliahan yang kesannya begitu monoton buat gue. Inget waktu harus bolak-balik kampus untuk sekedar konsul Tugas Akhir semasa PKL. Ingat waktu gue bertanya ini-itu sama kakak ruangan gue sewaktu PKL. Ingat waktu nyatet ini-itu semasa praktikum, ngerasa kaku sama kakak ruangan, memaksakan bangun pagi biar nggak telat, dan semua rutinitas harian kampus yang hampir membuat gue stres! Selain daripada itu, gue juga pernah kok ngerasain grogi seperti yang dirasakannya sewaktu berhadapan dengan pasien tadi. Pernah juga nge-blenk sewaktu ditanya ini-itu sama kakak ruangan. Waktu PKL dulu, gue juga pernah, kok, nyolong-nyolong waktu buat nyempetin ngabarin pacar. Loh? Oke, kayaknya kita abaikan saja baris kalimat yang terakhir ini! Pokoknya, semua! Semuanya ini persis kayak apa yang pernah gue alami dulu!

Gue masih menyimak semua yang dibicarakannya ke gue ini. Menyimak sambil mem-flashback ingatan gue ke masa-masa yang sedang dibicarakannya itu. Masa yang dulunya pernah gue alami. Sambil terus membayangkan, gue nggak nyadar, ternyata gue semakin menyelam jauh kebawa suasana.

***
taufik zainal, blog, Mahasiswa Tingkat Akhir, gambar editan, analys hena
Ratu Indaman
Yup! Itulah nama lengkap cewe ini. Cewe yang awal mulanya gue anggep asing ini, ternyata berbanding terbalik dari apa yang sempat pernah gue fikirkan tentangnya jauh sebelum ini. Gue awalnya beranggepan dia adalah cewe yang bakalan gupek sendiri dengan kelakuan super hebohnya pas awal-awal masuk ke ruangan lab beberapa hari yang lalu untuk sekedar mengantarkan sampel darah dari ruang Balai Pengobatan (BP) yang berada di lantai bawah. Nggak tahunya, anak ini bener-bener pendiem. Dalam artian, bukan karena dia selalu nahan kentut saat berada di dalam ruangan gue! Bukan kayak gitu maksud gue! Maksudnya, setelah gue menilai dengan baik (cailah, bahasa gue!), anak ini tipikal cewe yang nggak terlalu suka banyak basa-basi. Nggak suka sama hal yang terlalu berbelit-belit. Tipe cewe yang males ngomongin hal-hal yang dianggepnya nggak terlalu penting untuk dibahas (membuang-buang waktu). Tipe cewe dengan rasa ingin tahu yang hebat. Tipe cewe yang kalo ngomong seperlunya saja. Lumanyan rajin. Tipe cewe yang selalu bisa membagi waktu untuk tugas-tugas pokoknya. Peka dalam keadaan. Contoh kecilnya: sesuatu yang belum sempat bisa gue kerjakan di dalam ruangan, ia pun membantu mengerjakan kerjaan-kerjaan gue itu. Mengerjakan tanpa harus gue meminta tolong terlebih dahulu. Ngebantu buat nge-garis-garis-in buku register lab, misalnya. Inti dari segala inti, semua berbanding terbalik dari apa yang gue fikirkan sebelumnya. Kagum? Jujur, iya. Jujur gue kagum sama anak ini.

Semenjak dari hari pertama kalinya Ratu memasuki ruangan gue, semakin hari pula gue belajar menyesuaikan diri terus untuk keesokan harinya sama mereka semua yang sedang melakukan PKL di sini. Membiasakan diri untuk mencoba peduli dengan orang-orang baru. Komunikasi dengan orang-orang baru. Menyesuaikan diri dengan orang-orang yang belum sepenuhnya gue kenal. Beradaptasi, dan segala macam hal yang sebelumnya gue sendiri pun bingung untuk menjelaskan karakter asli gue yang sebenarnya di dalam tulisan ini. Lambat laun, seiring pergantian hari ke hari, gue pun agak sedikit peduli sama mereka bertujuh. Mulai, dan bahkan semakin akrab. Dan yang kemudian juga mencoba untuk bisa sedikit welcome dari sifat gue yang sebenarnya lebih sering menyendiri dengan aktifitas gue. Aktifitas yang sibuk dengan dunianya sendiri. Cuek dan nggak terlalu peduli dengan keadaan-keadaan yang menurut gue semuanya itu sangat membosankan.

Oh, iya. Bisa jadi mereka bertujuh ini adalah Mahasiswa PKL untuk yang pertama (atau mungkin juga untuk yang terakhir kalinya dari mahasiswa-mahasiswa PKL sebelumnya) yang dengan sukses sedikit bisa merubah cara adaptasi gue. Soalnya tahun ini gue mau ngelanjutin kuliah gue lagi. Yang jadi masalahnya: “gue takut tempat di mana gue bekerja saat ini tidak mengizinkan gue untuk kuliah,” itu aja, sih. Soalnya tahun ini temen-temen gue di tempat gue kerja ini rata-rata pada mau lanjut kuliah lagi. Kalo semua rata-rata pada lanjut, otomatis bakal kekosongan banyak tenaga medis di sini. Kalo pada kuliah semua, yang mau nge-back-up siapa? Jelas ini akan menjadi pertimbangan untuk Pak Kepala tempat kerjaan gue. Kenapa gue sebut mereka adalah mahasiswa PKL pertama dan terakhir? Ya kalo gue diizinin kuliah sambil kerja, itu artinya mereka adalah mahasiswa PKL yang pertama kalinya berhasil membawa gue ke suasana adaptasi untuk bisa mengakrabkan diri dari akifitas kesendirian gue selama ini. Kalo enggak boleh, ya itu tadi, pertama, dan sekaligus menjadi mahasiswa untuk yang terakhir kalinya juga gue bisa seperti itu selama gue bekerja di sini. Masalahnya, gue bener-bener mau lanjut kuliah (lagi). Yang artinya: seandainya gue tidak diizinkan untuk kuliah (yang mungkin ada beberapa faktor alasan), mungkin gue akan mencari pengganti posisi gue di tempat ini secepat-cepatnya. Yah, gue nggak pernah tahu gimana kedepannya.

Balik lagi ke Ratu.

Mungkin dengan hadirnya Ratu dan ke-enam teman-temannya ini, sedikit merubah ‘diamnya’ gue menjadi sedikit ‘agak’ peduli dengan orang yang belum begitu gue kenal. Melihat cara pengambilan darahnya yang tremor itu, gue sama sekali nggak pernah memandang atau pun meremehkannya. Karena itu pula, selain dari teknik pengambilan darah, Ratu jugalah yang paling banyak gue berikan catatan-catatan mengenai jenis pemeriksaan lab. Semua itu berawal dari rasa ingin tahunya yang begitu tinggi tadi. Sekali lagi. Dengan hadirnya Ratu, setidaknya gue mulai bisa ‘agak’ sedikit peduli dengan orang yang belum begitu gue kenal. Dan untuk menjaga nama baik Almamater yang dipakainya, kita samarkan saja nama kampusnya menjadi: “Kampus Butiran Debu”. Oke. Gue bingung mau ganti nama kampusnya pake nama apaan. Anggep aja ini bukan nama samaran, yaaa!!

Waktu semakin cepat berlalu.

Ada satu hal memang yang belum sempat gue katakan kepada Ratu tentang teknik pengambilan darah itu. Sebuah kalimat yang ingin gue sampaikan sebelum ia benar-benar pergi menjauh melangkahkan kedua kakinya meninggalkan ruangan gue. Waktu itu, sebelum ia berpamitan pergi dari ruangan, gue cuma mau bilang ke dia: “sampai jumpa di hari lain” Hari di mana tak lagi ia akan berkata: “Maklumin, ya, Kak, namanya juga masih proses” Hari di mana gue berharap kata-kata ‘proses’ yang pernah diucapkannya ke gue tadi, telah bermetamorfosis dengan sendirinya berubah menjadi kalimat sapa. Seperti: “Apakabar, Kak? Alhamdulillah, sekarang gue udah sukses!” Aamiin.

Gue tahu, hidup ini memang butuh banyak sekali proses. Gue juga menganggap wajar dengan semua ke-grogi-an mereka ketika melakukan aktifitas PKL di sini. Karena apa? Karena gue pun pernah merasakan hal yang sama. Memang ga banyak ilmu-ilmu medis tentang Pemeriksaan Laboratorium yang bisa gue berikan kepada mereka, tapi setidaknya gue bisa memberikan ilmu cara pengambilan darah yang gue kembangkan sendiri. Sebuah teknik pengambilan darah yang gue beri nama: “Pola BL”. Sebuah ilmu yang dulunya sempat pernah membuat gue merasa seperti terasingkan ke suatu tempat. Sebuah tempat yang begitu asing. Sepi. Sunyi. Seperti tak berpenghuni. Yang kemudian dengan berjalannya waktu, gue berhasil menemukan beberapa orang di tempat itu. Beberapa gelintir orang yang mau mengulurkan tangannya untuk membebaskan gue dari keterpurukan itu. Dari mereka dan dari usaha keras gue, kini keterpurukan itu tak lagi gue rasakan. Dan dari semua pengalaman itu pula lah, gue banyak belajar.

Seperti kata gue barusan. Semua ini tentang proses. Dan mereka saat ini sedang berjalan melalui proses-proses itu. Proses yang nanti dengan sendirinya membuat mereka akan semakin jauh berkembang dari pengalaman yang mereka dapati hari ini.

***

Mungkin segini aja dulu flashback yang bisa gue abadikan di tulisan ini. Sebuah ingatan gue tentang mereka beberapa minggu yang lalu saat masih berada di sini. Saat masih PKL di tempat ini. Di ruangan gue ini. Di ruangan lab yang selalu sunyi sebelum hadirnya mereka ke tempat ini. Entah kenapa malam ini gue mau ngebuat tulisan ini. “War-na ba-ru”. Iya, bisa saja karena alesan itu. Karena hadirnya warna baru yang sempat terjadi dikeseharian gue untuk beberapa minggu yang lalu itu lah yang membuat lahirnya tulisan ini. Selain daripada tulisan ini, gue masih nyimpen chat bbm terakhir dari Ratu sebelum ia berpamitan untuk hari terakhirnya PKL dari ruangan gue. Ini isi chat-nya:

Chat, Ratu Indaman, bbm
Chat Ratu Via BBM
Yup! Mungkin gue yang harus banyak-banyak berterima kasih kepadanya. Karena dengan pernah mengenalnya, setidaknya gue bisa belajar: “suatu hal yang menurut kita nggak menarik, nggak bisa kita nilai begitu saja sebelum kita benar-benar sempat mencobanya.” Sekali lagi. Terima kasih untuk kalian semua. Terima kasih juga ya, untuk semua adaptasi baru ini, Ratu Indaman.

Selamat malam. : ))


 
Back to top!