sedang mencari...
Sunday, February 12, 2017

Sementara Menunggu

Beberapa hari yang lalu gue baru aja dikabari sama temen lama gue kalo si Fina (sebut saja demikian) akan menikah dalam waktu dekat ini. Fina adalah temen gue sewaktu masih kuliah di Poltekkes dulu. Mendengar kabar gembira tersebut, gue ngerasa badan ini seolah semakin bertambah usia saja. Karena pada dasarnya, Fina bukanlah orang pertama dari sekian banyak temen-temen gue yang udah melanjutkan hubungan seriusnya sampai naik ke plaminan.

-

-

-

Pernikahan.

Entah kenapa kata-kata itu menjadi momok yang sangat menakutkan untuk didengar sebagian banyak orang. Justru juga malah sebaliknya. Kata-kata itu juga merupakan hal yang sangat begitu diidam-idamkan secepatnya hadir bagi sebagian banyak orang.

Terkadang, hal yang paling membuat kita malas untuk datang ke acara suatu pernikahan temen tuh kalo pas lagi apes ketemu sama temen-temen yang mana sejauh mata memandangnya aja udah bikin kita gondok duluan. Basa-basi yang paling males pas ketemu manusia-manusia seperti itu pada saat mereka membuka obrolan baru. Entah kenapa mereka biasanya mengawali sapaan sederhana dengan pertanyaan-pertanyaan yang sedikit bikin nyesek untuk didengar, seperti: “Eh, elu, apakabar? Sendiri aja? Pacar lo mana?.” Uuugghhhttt.. Rasanya kalo ada temen yang nanya kek gitu, bawaannya gue berasa pengin ngacak-ngacak tong sampah di pestaan sambil teriak: “Aku hina, kawaann.. Aku hinaa.. Jauhi akuu.. Tolong jauhi akuuu sekaranggg..!!!”

Masih mending, sih, kalo ada temen yang bertanya: “Pacar lo mana?.” Ketimbang ada temen yang bertanya jauh lebih sadis daripada itu, kayak: “Eh, elu, apakabar? Sendiri aja? Btw, lo kapan, nih, nyusul?.” Jeger! Sewaktu ada temen yang bertanya kek gitu, rasanya pengiinnn… banget gue acak-acak rambutnya. Yang ada dalam hati malah bikin kita tambah gerutu: “Jelas-jelas gue datang aja sendiri, pake lo tanya lagi kapan nyusul?!!” *siramin air panas yang mendidih ke mukanya*

-

-

-

Hmm..

Sebenernya capek juga, ya, ngejawab pertanyaan-pertanyaan dari Orangtua kita, Kakak, Adik, Om, Tante, Saudara, Sepupu, Temen, atau siapapun itu yang kalo misalkan pas kita lagi asik-asiknya ngobrol (atau sedang lagi dalam acara keluarga), dan begitu kehabisan bahan obrolan, topik awal pembuka obrolan baru mereka itu malah diawali dengan pertanyaan: “Jadi, kapan nikah?.” Atau.. “Perasaan kamu kondangan mulu, kapan dikondangin???.” Kadang yang lebih parahnya lagi: “Kok di rumah aja? Gak malam mingguan? Pacarnya mana???.”

Ya ampuuunnn..

Di situ gue kadangan pengiiin.. banget ngejawab ngelantur: “Pacarku sedang tertawa bahagia bersama orang lain, Mah.. Sedangkan aku lagi fokus sama kuliahku.. Tapi Mama tenang aja, kalo pun pacarnya yang sekarang ini membuat pacarku menangis, aku gak akan tinggal diam, akan ku hapus air matanya itu..” Eaaaa!!!

-

-

-

Yah, begitulah..

Untuk saat ini, hal-hal seperti itulah yang terkadang membuat kita kurang berminat yang namanya datang ke acara suatu pernikahan. Bukan. Bukannya tidak senang (dan tidak suka) datang ke acara suatu pernikahan teman atau siapapun itu. Gak sedikit kok dari para jomblo di luaran sana (ya termaksud gue juga sih) yang suka berfikir: “Enak, ya, yang punya pacar, seenggaknya ada teman untuk berbagi cerita, bla.. blaa.. blaaa…” Atau apalah dengan bayangan-bayangan indah kita mengenai mereka. Padahal, gak sedikit juga dari mereka yang statusnya berpacaran saat ini tuh gak luput dari yang namanya berantem mulu. Iya. Berantem. Itu pacaran apa tanding tinju? Kerjaannya berantemmmm.. muluuu.. Ckckck..

Justru terkadang mereka yang statusnya udah terlalu lama pacaran di luaran sana itu, hari-harinya malahan sering terasa jenuh dan monoton. Kenapa? Karena kalo orang pacaran itu aktivitas hariannya ya gak jauh-jauh, kayak: sms-an, teleponan, bbm-an, whatsapp-an, nge-line, video call-an, dan palingan geh mentok maen ke luar. Seperti ke tempat temen, ke acara pernikahan temen, kalo gak, mentok-mentok palingan geh pergi makan sama nonton 21 bareng. Gimana gak monoton coba? Dari mulai awal mereka pacaran (sampe ke usia Annive-an pacaran mereka yang ke berapa ratus tahun entah gue juga gak ngerti), ya gitu-gitu aja terusss... Sampe lo denger kabar tau-tau Naruto bentar lagi mau diangkat jadi Hokage. Belum lagi kalo pacarannya mencapai usia sampe lima tahunan atau bahkan bisa lebih lama lagi dari itu, sebenernya itu pacaran apa kredit rumah, heh?!! Intinya, gak semua orang yang statusnya berpacaran di luaran sana itu, hari-hari mereka tuh “seindah” seperti apa yang sering kita bayangkan selama ini. Gak semua. Inget, gak-se-mu-a.

-

-

-

Sendiri.

Di masa penantian untuk itu semua, kesendirian merupakan hal yang paling mengganggu untuk mempercepat datangnya proses giliran kita melanjutkan ke fase yang lebih serius; “melangkah ke plaminan.” Fase itu memang tak bisa untuk kita hindari. Cepat atau lambat, pastilah akan tiba saat di mana kita akan berjumpa pada fase tersebut. Fase di mana kita akan duduk berdua bersama pasangan kita kelak. Fase di mana moment awal untuk sejarah baru dalam perjalanan hidup kita akan dimulai.

Gue sering banget ketika sedang membuka-buka social media, gak sengaja ngeliat temen-temen gue yang udah nikah pada sibuk sendiri dengan fase-fase barunya mereka tersebut. Seperti: Nge-share foto-foto mereka bareng keluarga kecilnya. Nge-share foto jalan-jalan bareng mertua dan para ipar-iparnya. Foto berdua bareng bayi mereka yang lucu-lucu. Nge-share foto suami / istri mereka yang lagi tidur ngorok gak beraturan (ini sih emang kurang kerjaan). Terus, ada juga yang pada sibuk nge-share-nge-share-in foto-foto bayi mereka yang dipakein atribut aneh-aneh. Foto yang kadangan bikin gue ngakak gak habis pikir ngeliat kelakuan temen-temen gue itu terhadap bayi-bayi mereka.

Waktu tuh gue pernah ngeliat temen gue nge-share foto anaknya yang dipakein kaca mata hitam sama jas hitam gitu. Gue ngakak ngeliat tuh foto. Yang ada, anaknya itu sekilas kalo diperatiin malah kek boneka hidup yang cuma bisa pasrah karena kelakuan konyol bokapnya. Mungkin dalam hati kecilnya berkata: “Kenapaaa.. gue punya bokap kelakuannya kek gini amat…” Dan setelah gue pikir-pikir, wajar sih.. Temen gue itu otaknya emang sedikit agak geser dari jaman kuliah dulu. Hahaha..

Bukan cuma itu -

Masih banyak lagi segala macam bentuk, rupa, tempat, atau apapun itu yang berhubungan dengan lembaran-lembaran baru daripada fase-fase temen-temen gue yang lain. Menurut gue, itu semua lucu. Dan terkadang kelakuan mereka itu sering banget buat gue senyum-senyum sendiri. Tepatnya senyum tanpa sebab-akibat. Persis kayak orang gila. Kadang kita suka bertanya-tanya penasaran dalam hati: “Gue nikah nanti usia berapa, ya???.” “Jodoh gue kira-kira nanti siapa, ya???.” “Kira-kira jodoh gue sekarang lagi apa, ya???.” Dan masih banyak lagi segala macam bentuk tanda tanya besar yang sifatnya masih sangat misterius sering kali terlintas di otak kita. Akan tetapi, di tengah daripada itu semua, hati kecil gue emang gak bisa berbohong. Kadang gue berbisik pelan dalam hati: “Kapan, ya, gue bisa ada di fase seperti mereka ini?” : )))

-

-

-

Yups..

Hidup itu gak seperti drama korea. Yang mana tiap endingnya pasti berujung indah. Bener gak? Emang lo pernah gitu nonton film drama korea, yang endingnya malah si pemeran utamanya mati kena lindas truck tronton??? Baru dua episode, filmnya langsung tamat. Iya, tamat. Soalnya pemeran utamanya udah mati tekapar di atas aspal. Ada yang kayak gitu?

Demikian halnya dengan pasangan hidup.

Datangnya jodoh itu gak semulus pantat bayi. Semua butuh proses. Semua butuh doa. Semua butuh usaha. Dan semua butuh perjuangan. Selama itu semua berjalan dengan segala usaha dan waktu, gak ada salahnya kita untuk; “sementara menunggu.

Iya. Semua karena alasan itu. Banyak alasan mengapa seseorang untuk lebih fokus memilih sendiri dalam jangka waktu yang lama (yang mana kebanyakan orang lain tidak mengetahui dari alasan pribadi kita itu). Ada yang disebabkan karena faktor masih trauma dengan hubungan sebelumnya. Bisa juga disebabkan ada yang sedang fokus sama karirnya saat ini. Sedang menikmati kesendirian saat ini. Bisa juga karena tuntutan kerja, sedang mencoba memperbaiki diri, gak mau salah memilih untuk yang kesekian kali, sedang belajar untuk lebih dewasa, mandiri, sedang berniat membahagiakan dan atau belum ingin jauh dari kedua orangtua, ataupun ada juga yang hanya sekedar sedang ingin menikmati hidup (dan kesendiriannya) saat ini bersama teman-teman terdekatnya.

Buat kalian semua yang statusnya saat ini “sendiri”, gak usah bersedih hati. Nikmati aja dulu kesendirian kalian saat ini. Lakukanlah hal-hal yang sifatnya bermanfaat. Lakukan hal-hal yang sifatnya positif. Banyak hal yang bisa kita lakukan di dalam kesendirian ini. Pertanyaan dan rasa “ingin memiliki” dan “dimiliki,” menurut gue adalah rasa manusiawi. Cuma, kita perlu inget, di tengah rasa penantian itu, kita semua juga perlu koreksi diri, dengan sesekali bertanya dalam hati: “Kenapa sampai saat ini gue masih (betah) sendiri?.”

Kita emang perlu sesekali mengorek-ngorek pribadi kita masing-masing. Apakah dengan alasan pribadi yang membuat kita merasa nyaman dengan kesendirian kita itu sudah saatnya kita lepaskan? Atau sebaiknya tetap kita jalani saja dulu sampai kita tersadar untuk siap membuka hati kita dengan lembaran yang baru? Jawabnya, hanya kita yang tahu. Inget, karena di dalam suatu hubungan; “kita memerlukan dua orang yang sama-sama saling memperjuangkan.”

Banyak sekali hal-hal positif yang bisa kita lakukan dalam proses “sementara kita menunggu” saat ini. Salah satunya; “memperbaiki diri sendiri.” Karena jodoh kita tuh biasanya gak jauh-jauh gambarannya dari diri kita. Kalo kita baik, ya jodoh kita juga biasanya orang baik-baik. Demikian pula sebaliknya. Di sini ada yang pernah denger; “suami sibuk begal sana-sini, istri sibuk dakwah ke sana-kemari?.” Enggak ada, kan??? Dan buat kalian yang “sendirinya” disebabkan karena alasan suatu karir atau sedang fokus pada pendidikan, menurut gue itu lebih baik. Yakin aja; “di balik karirmu yang baik, terdapat cinta berkelas yang sedang menunggu.”
: )))

-

-

-

Intinya, di dalam kesendirian kita tuh gak perlu minder. Jadilah diri sendiri. Tanpa harus menjadi “seperti” dan “berubah” dengan menjadi orang lain agar kita cepat “memiliki” dan “dimiliki.” Enggak. Gak perlu seperti itu. Kita gak perlu seperti itu. Jadilah menjadi diri sendiri yang lebih baik dari versi diri kita yang sekarang ini. Karena: “Seseorang yang benar-benar menyukaimu dengan tulus, tak akan pernah menghiraukan itu semua.”

Yah,.. apapun itu bentuk alasan kesendirian kita, menunggu itu memang gak ada salahnya, kok. Akan tetapi pada fase sementara menunggu ini, kita juga harus ingat: “Kita pun memiliki hak, untuk bahagia.” : )))



 
Back to top!